Minggu, 08 Februari 2009

PEDOMAN LKQ IQMA 2009

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencetak manusia Indonesia yang berilmu pengetahuan, beriman, dan bertaqwa pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, serta bierbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, sehat rohani dan jasmani. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, termasuk mental spiritual manusia hanya dapat dicapai melalui pembangunan mental spiritual dan agama, baik di kalangan masyarak awwam maupun pergururuan tinggi.

Untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, sangat perlu diadakan kegiatan pembinaan mental dan spiritual kepada mahasiswa, sebagi upaya meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta pemahaman dan penghayatan terhadap isi kandungan Al-Qur’an. Salah satu sarana untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan penyelenggaraan kegiatan Lomba kaligrafi Qur’an (LKQ).

Agar penyelenggaraan kegiatan LKQ dapat dilakukan secara tertib dan terarah, maka disusunlah Pedoman Umum Penyelenggaraan Lomba kaligrafi Qur’an (LKQ).

2. Tujuan

a. Mengembangkan minat dan bakat dalam menulis indah Al-Qur’an (Khath Al Qur’an, kaligrafi).

b. Meningkatkan pemahaman & penghayatan isi kandungan Al-Qur’an di kalangan mahasiswa dalam rangka meningkatkan keimanan & ketaqwaan Kepada Allah SWT

c. Memupuk ukhuwah Islamiyah antarpeserta dan menumbuhkan semangat pengabdian pada masyarakat dalam syiar Islam.

II. KETENTUAN

1. Pengertian

a. Pedoman Lomba kaligrafi Qur’an (LKQ) IQMA adalah pengaturan tata cara penyelenggaraan LKQ antar peserta seluruh Jawa Timur.

b. Lomba Kaligrafi Qur’an adalah Lomba menulis indah Al-Qur’an yang menekankan kebenaran dan keindahan tulisan menurut kaidah khath yang baku.

c. Lomba Kaligrafi Qur’an (LKQ) IQMA 2009 terdiri atas satu golongan, yaitu golongan Hiasan Mushaf.

2. Penyelenggaraan

a. Penyelenggara ialah IQMA (Ikatan Qari’ Qari’ah Mahasiswa) IAIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Penyelenggara memberikan informasi optimal tentang transportasi dan akomodasi bagi peserta.

c. Dewan hakim dan undangan lainnya ditentukan Panitia.

3. Tempat pelaksanaan

Tempat pelaksanaan Lomba kaligrafi Qur’an (LKQ) IQMA 2009 ialah di IAIN Sunan Ampel Surabaya

· Sekretariat : Gedung UKM IQMA (Belakang Fak. Adab) IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. Ahmad Yani 117 Surabaya

· Telp : 0711 – 362388

· E-mail :

- iqmadiesmaulidiyah.wordpress.com

- dardiri.hudan@yahoo.co.id

· Telepon :

- 031-71673787 (Flexi IQMA)

- 085649460895 (Hudan)

4. Waktu pelaksanaan

Lomba kaligrafi Qur’an (LKQ) IQMA 2009 akan berlangsung tanggal 04 April 2009.

5. Dewan Juri

1) Ust. Faiz Abdurrazzaq

2) Ust Atho’illah, S.Ag.

3) Ust. Bambang

6. Persyaratan peserta Lomba

a. Peserta Lomba kaligrafi Qur’an (LKQ) IQMA 2009 adalah :

4) Mahasiswa/Siswa/Umum yang berdomisili di Jawa Timur.

5) Berusia 15 s.d. 25 tahun.

6) Peserta akan dinyatakan gugur apabila tidak hadir atau tidak mampu tampil pada saat pelaksanaan lomba.

7) Peserta tidak boleh diganti apabila sudah mendapat pengesahan dari panitia.

b. Persyaratan Administrasi

1) Pendaftaran peserta dimulai tanggal 21 s/d 28 Maret 2009 dengan melampirkan formulir yang telah diisi

2) Membawa pas photo Berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 3 (tiga) lembar

3) Menyerahkan photo copy KTM/KTS/KTP/KK yang akan disahkan oleh Panitia dengan memperlihatkan aslinya.

7. Perlengkapan

- Perlengkapan yang disediakan berupa kertas karton ukuran 86 x 61 cm.

- Peserta berhak mendapatkan ganti kertas 1x.

- Mistar, cat warna-warni, pena gambar dan perlengkapan lainnya disiapkan sendiri oleh peserta.

- Peserta boleh membuat mal (cetak hiasan) sebelum pelakanaan lomba dan membawanya sewaktu pelaksanaan lomba.

8. Materi

a. Golongan Hiasan Mushaf, penulisan ayat Al Qur'an dan diberi hiasan tapi menggambarkan halaman pertama mushaf AI Qur'an. Dikerjakan selama 300 menit (5 jam).

b. Materi khat, akan diberikan teksnya, tanpa diimla’kan

c. Kategori khat naskhi yang ditentukan panitia : Naskhi Hafidz Manshur

d. Ukuran mata pena 2 – 3 mm.

e. Iluminasi berupa hiasan floral.

f. Warna yang digunakan minimal 3 (tiga) warna.

9. Pelaksanaan Lomba

a. Persiapan

· Peserta harus memakai pakaian yang rapi dan menutup aurat.

· Perlengkapan Lomba diawali dengan pendaftaran dan pengesahan peserta.

· Waktu Lomba dilaksanakan 08.00-selesai.

· Penentuan meja peserta dilaksanakan 30 menit sebelum Lomba dimulai.

b. Pelaksanaan

· Peserta ditempatkan sesuai dengan nomor peserta pada meja dan peserta mendapatkan perlengkapan

· Lomba dilaksanakan dalam satu babak.

· Ayat yang dijadikan materi dicontohkan; Tidak didiktekan kepada peserta.

· Khath yang digunakan oleh peserta bebas.

· Waktu yang disediakan selama 5 jam.

c. Tahap Evaluasi

· Selama Mushabaqah Khathil Quran, peserta akan diamati olah dewan hakim untuk menilai kejujuran dan keseriusan peserta, dimaksudkan untuk menentukan peserta yang berhak untuk dinilai dan yang dinyatakan gugur.

· Kriteria penilaian untuk naskah adalah kaidah (dengan kategori yang ditentukan panitia), kehalusan garis, pemenggalan kalimat, dan keserasian huruf-huruf dalam kalimat.

· Criteria penilaian untuk iluminasi adalah variasi/kreatifitas hiasan, keserasian warna, dan kehalusan/kerapian garis.

· Perbandingan penilaian antara naskah dan iluminasi adalah 50 : 50.

· Penilaian oleh Dewah Hakim dilakukan setelah peserta selesai malewati masa membuat khatt, untuk menyeleksi atau menentukan peserta terbaik I, II, III serta terbaik harapan I, II, III.

10. Lain-lain

· Ketentuan lain yang diperlukan dan lebih rinci diatur panitia penyelenggara dan dijelaskan panitia pada saat pertemuan teknis,

· Technical Meeting dilaksanakan 1 (satu) minggu menjelang Lomba, yaitu tanggal 28 Maret 2009.

· Karya peserta menjadi milik panitia.

III. PENUTUP

1. Pedoman umum ini disusun agar dimanfaatkan sebagai pedoman atau acuan penyelenggaraan Lomba Kaligrafi Al-Qur’an.

2. Penyelenggaraan lomba ini juga berfungsi sebagai awal pengenalan bidang Kaligrafi di IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya kepada masyarakat Jawa TImur.

3. Demi kita semua, kami sebagai panitia penyelenggara mengharapkan para peserta untuk tampil semaksimal mungkin.


Surabaya, 22 Januari 2009

Panitia Pelaksana

SENI KALIGRAFI

Oleh: ‘Athö-illäh

Definisi

Kaligrafi dalam bahasa kita sering diasosiasikan terhadap tulisan Arab. Padahal tidak. Semua tulisan tangan yang indah bisa disebut dengan kaligrafi. Mungkin karena bahasa Indonesia yang tidak mempunyai keaksaraan yang kuat, sehingga tulisan indah dalam bahasa Indonesia hampir tidak ada (tulisan memang ada, tetapi tidak mementingkan unsur keindahan aksara).

Semenjak ditemukan kertas sebagai media, kaligrafi berkembang pesat. Di Tiongkok misalnya, budaya menulis kaligrafi menjadi ciri khas kaum terpelajar. Begitu juga di Jepang dan Eropa. Kaligrafi mengiringi kecermelangan ilmu pengetahuan saat itu. Dengan bermodalkan sebuah kuas dan tinta, para sarjana di Tiongkok menorehkan puisi ke selembar kertas. Catatan-catatan penting di zaman Renaissance juga ditorehkan di dalam sebuah buku.

Sayangnya, perkembangan tulis menulis kemudian bergeser. Sejak memasuki era digital –dengan diperkenalkannya sistem operasi komputer– seolah-olah kaligrafi sudah menjadi barang “jadul” nan usang. Ukuran huruf yang indah dengan komposisi yang sempurna bisa ditorehkan oleh sebuah software. Kemudian hasil out put-nya dicetak menggunakan printer.

Kaligrafi Islam

Kaligrafi merupakan tulisan tangan yang indah sebagai hiasan. Definisi kaligrafi semacam itu sangatlah umum, maka kaligrafi dipersempit lingkupnya menjadi kaligrafi Islam.

Mengapa bukan kaligrafi Arab, toh tulisannya berhuruf Arab?

Sekilas tampaknya, kaligrafi Arab juga tepat. Namun, jika diteliti lebih jauh, ternyata Arab tidak identik dengan Islam. Bahkan, akhir-akhir ini muncul penggemar kaligrafi di tanah Arab dari agama lain yang menuliskan kaligrafi. Sayangnya, banyak yang tidak tahu sehingga “terkecoh” dan menjadikan sebagai hiasan. Padahal, kalimatnya berasal dari kitab suci yang berbeda. Kaligrafi Islam merupakan bahasa yang tepat untuk mengidentikkan kaligrafi dengan Islam.

Dalam bahasa Arab, kaligrafi disebut khath. Sedangkan penulisnya dinamai khattath. Dalam buku khat sendiri, definisi kaligrafi diperjelas. Ada yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang memuat ayat-ayat alquran maupun hadist ataupun kalimat hikmah di mana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf.

Proporsi huruf itu sendiri dirumuskan sedemikian rupa dalam sebuah buku yang ditulis oleh para kaligrafer-kaligrafer ternama dengan menggunakan metode titik. Seperti huruf alif dalam naskhi, tingginya tidak labih dari lima titik. Lain halnya dengan tsuluts, tinggi alif bisa sampai tujuh titik dan memiliki kepala yang berbeda.

kaidah kaligrafi arabKaligrafi Murni

A. Kaidah Kaligrafi Arab

Istilah ini muncul tidak lepas dari perkembangan kaligrafi kontemporer, di mana huruf bukan menjadi sesuatu yang utama, tetapi juga keindahan yang merupakan unsur dari kaligrafi itu sendiri. Kaligrafi pada awalnya merupakan seni memadukan huruf dengan jenis tertentu sesuai dengan kaidah akhirnya “keluar jalur” tanpa memedulikan kaidah baku. Nah, yang tetap mengikuti kaidah baku –sesuai dengan jenis kaligrafi “yang diakui”– kemudian dinamai kaligrafi murni.

Seolah merupakan kaidah baku, kaligrafi murni tidak boleh keluar dari jalur penulisan: bagaimana bentuk huruf, torehan, maupun ketepatan dalam sapuan. Jenis-jenis kaligrafi juga telah diklasifikasi. Penggunaannya tidak boleh bercampur satu dengan yang lain.

Kaligrafer murni “terakhir” Hasyim Muhammad Al Khattahath menerapkan kaidah kaligrafi dalam sebuah buku panduan yang cukup terkenal bernama Qawaidul Khath Al Arabiy. Buku ini beredar luas di Timur Tengah, akhirnya sampai di pondok pesantren di Indonesia. Tidak banyak yang memiliki, hanya orang-orang tertentu yang mempunyai akses ke luar negeri –khususnya Timur Tengah– yang mempunyai buku aslinya.

Di pondok pesantren, buku kaidah ini cukup terkenal. Seperti di Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, misalnya, karya monumental itu dicetak kembali secara internal dan di pelajari oleh para santri yang tergabung di Aklam, Assosiasi Kaligrafer Darussalam, kelompok belajar kaligrafi. Di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif –yang terletak di Denanyar, Jombang– juga ada AKSARA dan SAKAL.

Banyak sekali sanggar-sanggar kaligrafi yang mengajarkan khat murni. Namun banyak pula yang akhirnya “keluar jalur” setelah “bosan” mempelajari kaidah-kaidah yang “kaku”. Ada juga yang “frustrasi” karena tidak bisa menorehkan huruf-huruf dengan “benar”, akhirnya “semaunya sendiri.”

B. Huruf

inilah kaidah huruf yang terukurInilah kaidah huruf yang terukur

Awalnya adalah coretan, kemudian mengalami pergeseran. Huruf timbul setelah evolusi simbol. Bukan lagi spesifik, tapi bisa dirangkai menjadi bermacam-macam “kalimat”. Ketika huruf-huruf ini terangkai, tentu Anda kemudian bisa membaca. Tanpa huruf, mustahil “kalimat” saya bisa tersampaikan.

Namun tidak sesederhana itu akhirnya. Meskipun huruf sudah “ditemukan”, akhirnya menemukan ruang untuk mempercantik bentuk. Dari sanalah muncul bermacam-macam corak, meskipun hurufnya sama. Dalam kaligrafi juga demikian. Ada bermacam-macam corak, sebagaimana huruf-huruf mutakhir yang sudah dirumuskan oleh program komputer: font.

Ada times, arial, serif, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis mempunyai keluarga sendiri-sendiri yang memiliki kemiripan. Seperti arial dan helvetica misalnya, keduanya tampak mirip satu dengan yang lain meskipun keduanya berbeda.

Huruf “H” tanpa terangkai dengan “uruf” bukanlah apa-apa. Kecuali memang dimaksudkan untuk membuat seseorang bertanya-tanya.

Kalimat “Jangan buang sampah sembarangan” misalnya, yang tertulis di sebuah halaman sekolahan akhirnya menjadi penyampai bahwa di halaman tersebut seseorang dilarang membuang sampah seenaknya sendiri. Yang bisa membaca mudah mengerti. Yang belum, perlu “dipertanyakan lagi”.

Huruf menggantikan simbol yang memiliki bermacam-macam makna. Huruf menyampaikan bahasa.

Setelah melewati fungsi huruf, bentuk menjadi bagian lain yang memperkuat penyampaian. Jenis satu dengan yang lain mempunyai karakter berbeda. “Jangan buang sampah sembarangan” tertulis arial, mudah dibaca, bukan dengan huruf latin yang mempunyai karakter lembut.

Huruf Arab jenis kufi misalnya, memiliki karakter kotak-kotak (kubisme) yang memberi kesan kokoh. Kelenturan diwani, dan goresan farisi memberi keluwesan dalam menyampaikan makna dalam tulisan. Dari keperluan fungsi penyampaian akhirnya muncul bermacam-macam bentuk dan gaya.

الخط هندسة روحانية ظهرت بألة جسمانية (ياقوت المستعصمى)

Banyak istilah yang menjabarkan tentang kaligrafi. Seperti menurut Yaqut Al-Mushta’shimi, kaligrafer kenamaan periode Turki Utsmani, menyebut bahwa kaligrafi merupakan ilmu hitung ruhaniyah (bersifat ruhani) yang tampak dengan alat jasmani.

Ubaidillah Ibn Abbas menyebut kaligrafi sebagai “lisanul yadd” alias lidahnya tangan. Mengapa disebut lidahnya tangan? Karena dengan kaligrafilah tangan dapat “berbicara”, menyampaikan sebuah ungkapan yang ditulis lewat media.

Dalam kitab Irsyad Al Qoshid, Syaikh Syamsuddin Al Akhfani menyebut: Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.

Rincinya, kaligrafi adalah ilmu yang mempelajari bermacam-macam bentuk huruf tunggal (mufrad) dan tata letaknya serta metode merangkainya menjadi susunan kata atau cara menuliskannya di atas kertas atau media lainnya.

Drs H Didin Sirajuddin A.R., tokoh kaligrafi tanah air, memberi kesimpulan: arti seutuhnya kaligrafi adalah kepandaian menulis elok dalam bahasa Arab yang dikenal dengan khat –garis atau tulisan indah.

Untuk detail huruf, mungkin akan dijelaskan dalam posting yang berbeda.

Selain kaligrafi murni, dalam dunia kaligrafi juga mengenal lukis kaligrafi. Meski terkesan mendikotomi, lukis kaligrafi tidak lebih hanya sebuah perkembangan media yang tidak hanya “terpenjara” di atas kertas. Tidak hanya di tanah air, lukisan di Timur Tengah juga telah banyak mengambil objek-objek huruf sebagai bagian yang utama.

Lukis kaligrafi adalah sebuah lukisan dengan mengambil objek huruf-huruf Arab. Biasanya mengambil ayat-ayat Alquran maupun hadist yang diiringi background seirama. Kadang objek kaligrafi hanya sebagai pelengkap, dan kadang merupakan kaligrafi berhias sebuah objek. Tidak bisa diproporsikan persentase objek kaligrafi dan lukis itu. Ketika sebuah lukisan ada objek huruf Arab yang merangkai kalimat ayat maupun hadist, maka lukisan tersebut bisa dikatakan lukis kaligrafi.

Seperti “Samudra Fatihah” yang pernah dilukis oleh Didin Sirajuddin misalnya, kaligrafi surat Alfatihah dilukis dengan sebuah objek samudra. Di sinilah letak saling mendukung antara kaligrafi dengan objek nlukisan. Seolah keduanya merupakan fondasi keindahan sebuah objek yang dihasilkan.

Lukis kaligrafi pun bisa menerapkan kaligrafi murni. Seperti Didin Sirajuddin misalnya, kerap menerapkan kaligrafi murni dalam media lukisnya. Lain halnya dengan Amang Rahman misalnya, beliau sudah terkenal dengan lukisan batiknya. Amang Rahman melukis kaligrafi dengan tanpa memperhatikan kaidah baku kaligrafi yang diterapkan Hasyim Muhammad.

Di tanah air, banyak “aliran” lukis kaligrafi terkenal. Seperti A.D. Pirous, Amang Rahman, dan masih banyak yang lainnya. Seolah memiliki “trade mark” tersendiri, satu dengan yang lainnya mempunyai karakter berbeda ketika membuat sebuah lukisan kaligrafi.

Di luar negeri, khususnya di Timur Tengah, lukis kaligrafi merupakan bagian dari kaligrafi kontemporer. Biasanya, kaligrafi jenis ini menampilkan objek-objek huruf yang tidak “terpatok” pada arti. Namun huruf bisa berdiri sendiri.

Lukis kaligrafi memiliki keunikan tersendiri karena seni lukis dan bentuk huruf saling melengkapi. Dan, lengkaplah keindahan tertanam dalam sebuah objek lukisan.

Risalah Tauhidi dalam Kaligrafi

Dalam buku Ekspresi Seni Kaligrafi karangan Aklaman disebutkan, bahwa perkembangan kaligrafi dalam Islam sejak awal menunjukkan keeratan dengan Alquran. Hal itu mengingat bahwa semangat kaligrafi juga merupakan semangat melestarikan Alquran. Bahkan, Alquran ditulis dengan kaligrafi elok dengan ukiran emas.

Kaligrafi mempunyai makna-makna yang sangat kompleks seperti yang ditunjukkan oleh naskah yang ditulis Attauhidi, seorang penulis besar zaman Abbasiyah.

Nilai-nilai tersebut adalah:

Pertama, kaligrafi dianggap sebagai refleksi kebijaksanaan dan kualitas kesempurnaan manusia. Gaya dalam kaligrafi merupakan citra intelek yang mewujud dalam bentuk. Ini dicatat Attauhidi dalam beberapa pernyataan yang disebutkan pada risalahnya. Misalnya, di sana disebutkan:

Abbas berkata: tulisan tangan adalah lidah tangan. Gaya adalah indahnya intelek. Intelek adalah lidah bagi bagusnya kualitas dan tindakan. Dan bagusnya kualitas dan tindakan adalah kesempurnaan manusia.

Atau misalnya lagi dikatakan,

“Qalam adalah kebijaksanaan yang utama. Tulisan tangan adalah keutamaan qalam. Gagasan adalah karunia yang indah dan intelek, dan eloknya gaya adalah hiasan bagi seluruhnya itu.”

Kedua, kaligrafi juga dianggap sebagai intelek –yang juga disebut beberapa kali– seperti yang disebutkan Hisyam bin Al Ahkam:

Tulisan tangan adalah perhiasan yang ditampakkan oleh tangan dari emas murni intelek. Ia juga adalah kain sutera yang ditenun oleh qalam dengan benang kepiawaian.

Sementara itu, Bisyr ibn Al Mu’tamir berkata:

“Batin adalah tambang, intelek adalah mineral yang mulia, lidah adalah pekerja tambang, qalam adalah tukang emas, dan tulisan tangan adalah benda perhiasan yang telah jadi.”

Ketiga, kaligrafi di pihak lain merupakan perpaduan antara pikiran dan perasaan, kualitas intelek dan intuisi.

Abdul Dulaf Al’Ijli misalnya pernah berkata,

“Qalam adalah tukang emas perkataan. Ia mencairkan dan mengungkap isi hati, dan menampakkan batang-batang bagian tubuh di mana pikiran dan perasaan bermuara.”

An Namari suatu saat berkata,

“Qalam dan hewan-hewan beban bagi akal, kurir bagi fakultas-fakulas alamiah dan bagian tubuh yang utama di mana pikiran dan perasaan bermuara.”

Jumat, 06 Februari 2009

aku arek IQMA

Tanya : kenapa blognya dikasih judul Love IQMA?
Jawab : coz skrg emang cintaku wat IQMA. bukannya homo lho... tp udah hampir setaun ini aku tinggal di IQMA, mangan (sing akeh), turu (sing sue), sinau (arang-arang), dll... (gak usah disebutin semua yach, soale aku punya banyak bad attitude, hue hue...

Tanya : emang di IQMA ada apa aja sich?
Jawab : ada ilmu, ada canda, ada pendewasaan, ada persaudaraan... banyak hal di IQMA yang akan membuatmu jatuh cinta (cieee....)

Tanya : di mana sih IQMA tu?
Jawab : IQMA tu ada di dalam diriku (gluodak! emangnya abis kesantet om?) ya gitu deh. saking cintanya kaleee...

sementara cukup sekian dulu ya... soalnya ni cuma corat-coret percoban - tp tetep Love IQMA, serius... - coz baru pertama ni tau yang namanya blog (dhueng...!) lain kali di sambung lagi deh.
kasian ni yang ngajari bikin blog di sampingkyu udah ngantuk beraaaat (baca: teler).

pepatah jawa bilang :
jer basuki mawa bea
cekap semanten atur kawula
rupamu koyok ulo

Love IQMA